magang andhika 1
Tata Warna
Minggu, 23 Desember 2012
Selasa, 18 Desember 2012
Senin, 17 Desember 2012
Minggu, 16 Desember 2012
Sejarah Trikora
Operasi Trikora, juga disebut Pembebasan Irian Barat, adalah konflik dua
tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah West New
Guinea. Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Indonesia Soekarno
mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno
juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai
panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan
menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua Barat dengan
Indonesia.
LATAR BELKANG
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945,
Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah
barat Pulau Papua. Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu
masih menjadi salah satu salah satu provinsi Kerajaan Belanda, sama
dengan daerah-daerah lainnya. Pemerintah Belanda kemudian memulai
persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada
tahun 1970-an. Namun pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua
menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini
kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum
internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan
Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Papua Barat, namun
setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu satu
tahun.
Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua Barat memiliki hak
merdeka sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB. Karena Indonesia mengklaim
Papua Barat sebagai daerahnya, Belanda mengundang Indonesia ke Mahkamah
Internasional untuk menyelesaikan masalah ini, namun Indonesia menolak.
Setelah Indonesia beberapa kali menyerang Papua Barat, Belanda
mempercepat program pendidikan di Papua Barat untuk persiapan
kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah sebuah akademi angkatan laut
yang berdiri pada 1956 dan tentara Papua pada 1957. Sebagai kelanjutan,
pada 17 Agustus 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan
ibukota di Soasiu yang berada di Pulau Tidore, dengan gubernur
pertamanya, Zainal Abidin Syah yang dilantik pada tanggal 23 September
1956. Pada tanggal 6 Maret 1959, harian New York Times melaporkan
penemuan emas oleh pemerintah Belanda di dekat laut Arafura. Pada tahun
1960, Freeport Sulphur menandatangani perjanjian dengan Perserikatan
Perusahaan Borneo Timur untuk mendirikan tambang tembaga di Timika,
namun tidak menyebut kandungan emas ataupun tembaga
Karena usaha pendidikan Belanda, pada tahun 1959 Papua memiliki perawat,
dokter gigi, arsitek, teknisi telepon, teknisi radio, teknisi listrik,
polisi, pegawai kehutanan, dan pegawai meteorologi. Kemajuan ini
dilaporkan kepada PBB dari tahun 1950 sampai 1961.
Selain itu juga didakan berbagai pemilihan umum untuk memilih perwakilan
rakyat Papua dalam pemerintahan, mulai dari tanggal 9 Januari 1961 di
15 distrik. Hasilnya adalah 26 wakil, 16 di antaranya dipilih, 23 orang
Papua, dan 1 wanita. Dewan Papua ini dilantik oleh gubernur Platteel
pada tanggal 1 April 1961, dan mulai menjabat pada 5 April 1961.
Pelantikan ini dihadiri oleh wakil-wakil dari Australia, Britania Raya,
Perancis, Belanda, dan Selandia Baru. Amerika Serikat diundang tapi
menolak.
Dewan Papua bertemu pada tanggal 19 Oktober 1961 untuk memilih sebuah
komisi nasional untuk kemerdekaan, bendera Papua, lambang negara, lagu
kebangsaan (“Hai Tanahkoe Papua”), dan nama Papua. Pada tanggal 31
Oktober 1961, bendera Papua dikibarkan untuk pertama kali dan manifesto
kemerdekaan diserahkan kepada gubernur Platteel. Belanda mengakui
bendera dan lagu kebangsaan Papua pada tanggal 18 November 1961, dan
peraturan-peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Desember 1961.
Pada 19 Desember 1961, Soekarno menanggapi pembentukan Dewan Papua ini
dengan menyatakan Trikora di Yogyakarta, yang isinya adalah:
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.
2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa
PERSIAPAN
Militer
Indonesia mulai mencari bantuan senjata dari luar negeri menjelang
terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda. Indonesia mencoba
meminta bantuan dari Amerika Serikat, namun gagal. Akhirnya, pada bulan
Desember 1960, Jendral A. H. Nasution pergi ke Moskwa, Uni Soviet, dan
akhirnya berhasil mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan
pemerintah Uni Soviet senilai 2,5 miliar dollar Amerika dengan
persyaratan pembayaran jangka panjang. Setelah pembelian ini, TNI
mengklaim bahwa Indonesia memiliki angkatan udara terkuat di belahan
bumi selatan
Amerika Serikat tidak mendukung penyerahan Papua Barat ke Indonesia
karena Bureau of European Affairs di Washington, DC menganggap hal ini
akan “menggantikan penjajahan oleh kulit putih dengan penjajahan oleh
kulit coklat”. Tapi pada bulan April 1961, Robert Komer dan McGeorge
Bundy mulai mempersiapkan rencana agar PBB memberi kesan bahwa
penyerahan kepada Indonesia terjadi secara legal. Walaupun ragu,
presiden John F. Kennedy akhirnya mendukung hal ini karena iklim Perang
Dingin saat itu dan kekhawatiran bahwa Indonesia akan meminta
pertolongan pihak komunis Soviet bila tidak mendapat dukungan AS.
Indonesia membeli berbagai macam peralatan militer, antara lain 41
Helikopter MI-4 (angkutan ringan), 9 Helikopter MI-6 (angkutan berat),
30 pesawat jet MiG-15, 49 pesawat buru sergap MiG-17, 10 pesawat buru
sergap MiG-19 dan 20 pesawat pemburu supersonik MiG-21. Dari jenis
pesawat pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan Ilyushin
Il-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TL-16 yang
dilengkapi dengan persenjataan peluru kendali (rudal) air to surface
jenis AS-1 Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26
pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat
jenis AN12B Antonov buatan Uni Soviet dan 10 pesawat angkut berat jenis
C-130 Hercules buatan Amerika Serikat.
diplomasi
Indonesia mendekati negara-negara seperti India, Pakistan, Australia,
Selandia Baru, Thailand, Britania Raya, Jerman, dan Perancis agar mereka
tidak memberi dukungan kepada Belanda jika pecah perang antara
Indonesia dan Belanda. Dalam Sidang Umum PBB tahun 1961, Sekjen PBB U
Thant meminta Ellsworth Bunker, diplomat dari Amerika Serikat, untuk
mengajukan usul tentang penyelesaian masalah status Papua Barat. Bunker
mengusulkan agar Belanda menyerahkan Papua Barat kepada Indonesia
melalui PBB dalam jangka waktu dua tahun.
ekonomi
Pada tanggal 27 Desember 1958, presiden Soekarno mengeluarkan UU nomor
86 tahun 1958 yang memerintahkan dinasionalisasikannya semua perusahaan
Belanda di Indonesi
KONFLIK BERSENJATA
Soekarno membentuk Komando Mandala, dengan Mayjen Soeharto sebagai
Panglima Komando. Tugas komando Mandala adalah untuk merencanakan,
mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan
Papua Barat dengan Indonesia. Belanda mengirimkan kapal induk Hr. Ms.
Karel Doorman ke Papua Barat. Angkatan Laut Belanda (Koninklijke Marine)
menjadi tulang punggung pertahanan di perairan Papua Barat, dan sampai
tahun 1950, unsur-unsur pertahanan Papua Barat terdiri dari:
* Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda)
* Korps Mariniers
* Marine Luchtvaartdienst
Keadaan ini berubah sejak tahun 1958, di mana kekuatan militer Belanda
terus bertambah dengan kesatuan dari Koninklijke Landmacht (Angkatan
Darat Belanda) dan Marine Luchtvaartdienst. Selain itu, batalyon
infantri 6 Angkatan Darat merupakan bagian dari Resimen Infantri Oranje
Gelderland yang terdiri dari 3 Batalyon yang ditempatkan di Sorong,
Fakfak, Merauke, Kaimana, dan Teminabuan
OPERASI-OPERASI INDONESIA
Sebuah operasi rahasia dijalankan untuk menyusupkan sukarelawan ke Papua
Barat. Walaupun Trikora telah dikeluarkan, namun misi itu dilaksanakan
sendiri-sendiri dalam misi tertentu dan bukan dalam operasi bangunan.
Hampir semua kekuatan yang dilibatkan dalam Operasi Trikora sama sekali
belum siap, bahkan semua kekuatan udara masih tetap di Pulau Jawa.
Walaupun begitu, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat lebih dulu
melakukan penyusupan sukarelawan, dengan meminta bantuan TNI Angkatan
Laut untuk mengangkut pasukannya menuju pantai Papua Barat, dan juga
meminta bantuan TNI Angkatan Udara Republik Indonesia untuk mengirim 2
pesawat Hercules untuk mengangkut pasukan menuju target yang ditentukan
oleh TNI Angkatan Laut.
Misi itu sangat rahasia, sehingga hanya ada beberapa petinggi di markas
besar TNI Angkatan Udara yang mengetahui tentang misi ini. Walaupun misi
ini sebenarnya tidaklah rumit, TNI Angkatan Udara hanya bertugas untuk
mengangkut pasukan dengan pesawat Hercules, hal lainnya tidak menjadi
tanggung jawab TNI AU.
Kepolisian Republik Indonesia juga menyiapkan pasukan Brigade Mobil yang
tersusun dalam beberapa resimen tim pertempuran (RTP). Beberapa RTP
Brimob ini digelar di kepulauan Ambon sebagai persiapan menyerbu ke
Papua Barat. Sementara itu Resimen Pelopor (unit parakomando Brimob)
yang dipimpin Inspektur Tingkat I Anton Soedjarwo disiagakan di Pulau
Gorom. Satu tim Menpor kemudian berhasil menyusup ke Papua Barat melalui
laut dengan mendarat di Fakfak. Tim Menpor ini terus masuk jauh ke
pedalaman Papua Barat melakukan sabotase dan penghancuran objek-objek
vital milik Belanda.
Pada tanggal 12 Januari 1962, pasukan berhasil didaratkan di Letfuan.
Pesawat Hercules kembali ke pangkalan. Namun, pada tanggal 18 Januari
1962, pimpinan angkatan lain melapor ke Soekarno bahwa karena tidak ada
perlindungan dari TNI Angkatan Udara, sebuah operasi menjadi gagal.
PERTEMPURAN LAUT ARU
Pertempuran Laut Aru pecah pada tanggal 15 Januari 1962, ketika 3 kapal
milik Indonesia yaitu KRI Macan Kumbang, KRI Macan Tutul yang membawa
Komodor Yos Sudarso, dan KRI Harimau yang dinaiki Kolonel Sudomo,
Kolonel Mursyid, dan Kapten Tondomulyo, berpatroli pada posisi 04-49° LS
dan 135-02° BT. Menjelang pukul 21.00, Kolonel Mursyid melihat tanda di
radar bahwa di depan lintasan 3 kapal itu, terdapat 2 kapal di sebelah
kanan dan sebelah kiri. Tanda itu tidak bergerak, dimana berarti kapal
itu sedang berhenti. 3 KRI melanjutkan laju mereka, tiba-tiba suara
pesawat jenis Neptune yang sedang mendekat terdengar dan menghujani KRI
itu dengan bom dan peluru yang tergantung pada parasut.
Kapal Belanda menembakan tembakan peringatan yang jatuh di dekat KRI
Harimau. Kolonel Sudomo memerintahkan untuk memberikan tembakan balasan,
namun tidak mengenai sasaran. Akhirnya, Yos Sudarso memerintahkan untuk
mundur, namun kendali KRI Macan Tutul macet, sehingga kapal itu terus
membelok ke kanan. Kapal Belanda mengira itu merupakan manuver berputar
untuk menyerang, sehingga kapal itu langsung menembaki KRI Macan Tutul.
Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan
terakhirnya yang terkenal, “Kobarkan semangat pertempuran”.
OPERASI PENERJUNAN PENERBANG INDONESIA
Pasukan Indonesia dibawah pimpinan Mayjen Soeharto melakukan operasi
infiltrasi udara dengan menerjunkan penerbang menembus radar Belanda.
Mereka diterjunkan di daerah pedalaman Papua Barat. Penerjunan tersebut
menggunakan pesawat angkut Indonesia, namun, operasi ini hanya
mengandalkan faktor pendadakan, sehingga operasi ini dilakukan pada
malam hari. Penerjunan itu pada awalnya dilaksanakan dengan menggunakan
pesawat angkut ringan C-47 Dakota yang kapasitas 18 penerjun, namun
karena keterbatasan kemampuannya, penerjunan itu dapat dicegat oleh
pesawat pemburu Neptune Belanda.
Pada tanggal 19 Mei 1962, sekitar 81 penerjun payung terbang dari Bandar
Udara Pattimura, Ambon, dengan menaiki pesawat Hercules menuju daerah
sekitar Kota Teminabuan untuk melakukan penerjunan. Saat persiapan
keberangkatan, komandan pasukan menyampaikan bahwa mereka akan
diterjunkan di sebuah perkebunan teh, selain itu juga disampaikan
sandi-sandi panggilan, kode pengenal teman, dan lokasi titik kumpul,
lalu mengadakan pemeriksaan kelengkapan perlengkapan anggotanya sebelum
masuk ke pesawat Hercules. Pada pukul 03.30 WIT, pesawat Hercules yang
dikemudikan Mayor Udara T.Z. Abidin terbang menuju daerah Teminabuan.
Dalam waktu tidak lebih dari 1 menit, proses pendaratan 81 penerjun
payung selesai dan pesawat Hercules segera meninggalkan daerah
Teminabuan. Keempat mesin Allison T56A-15 C-130B Hercules terbang
menanjak untuk mencapai ketinggian yang tidak dapat dicapai oleh pesawat
Neptune milik Belanda.
TNI Angkatan Laut kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang
merupakan operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer
Indonesia. Lebih dari 100 kapal perang dan 16.000 prajurit disiapkan
dalam operasi tersebut.
AKHIR DARI KONFLIK
Karena kekhawatiran bahwa pihak komunis akan mengambil keuntungan dalam
konfik ini, Amerika Serikat mendesak Belanda untuk berunding dengan
Indonesia. Karena usaha ini, tercapailah persetujuan New York pada
tanggal 15 Agustus 1962. Pemerintah Australia yang awalnya mendukung
kemerdekaan Papua juga mengubah pendiriannya dan mendukung penggabungan
dengan Indonesia atas desakan AS.
Persetujuan New York
Pada tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda
dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York. Pada perundingan itu,
Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman
van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Isi dari Persetujuan New York adalah:
* Belanda akan menyerahkan pemerintahan Papua Barat kepada United
Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), yang didirikan oleh
Sekretaris Jenderal PBB. UNTEA kemudian akan menyerahkan pemerintahan
kepada Indonesia.
* Bendera PBB akan dikibarkan selama masa peralihan.
* Pengibaran bendera Indonesia dan Belanda akan diatur oleh perjanjian
antara Sekretaris Jenderal PBB dan masing-masing pemerintah.
* UNTEA akan membantu polisi Papua dalam menangani keamanan. Tentara
Belanda dan Indonesia berada di bawah Sekjen PBB dalam masa peralihan.
* Indonesia, dengan bantuan PBB, akan memberikan kesempatan bagi
penduduk Papua Barat untuk mengambil keputusan secara bebas melalui
1. musyawarah dengan perwakilan penduduk Papua Barat
2. penetapan tanggal penentuan pendapat
3. perumusan pertanyaan dalam penentuan pendapat mengenai kehendak
penduduk Papua untuk tetap bergabung dengan Indonesia; atau memisahkan
diri dari Indonesia
4. hak semua penduduk dewasa, laki-laki dan perempuan, untuk ikut serta
dalam penentuan pendapat yang akan diadakan sesuai dengan standard
internasional
* Penentuan pendapat akan diadakan sebelum akhir tahun 1969.
Pada tanggal 1 Mei 1963, UNTEA menyerahkan pemerintahan Papua Barat
kepada Indonesia. Ibukota Hollandia dinamai Kota Baru dan pada 5
September 1963, Papua Barat dinyatakan sebagai “daerah karantina”.
Pemerintah Indonesia membubarkan Dewan Papua dan melarang bendera Papua
dan lagu kebangsaan Papua. Keputusan ini ditentang oleh banyak pihak di
Papua, dan melahirkan Organisasi Papua Merdeka atau OPM pada 1965. Untuk
meredam gerakan ini, dilaporkan bahwa pemerintah Indonesia melakukan
berbagai tindakan pembunuhan, penahanan, penyiksaan, dan pemboman udara.
Menurut Amnesty International, lebih dari 100.000 orang Papua telah
tewas dalam kekerasan ini. OPM sendiri juga memiliki tentara dan telah
melakukan berbagai tindakan kekerasan.
Penentuan Pendapat Rakyat
Pada tahun 1969, diselenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) yang
diatur oleh Jenderal Sarwo Edhi Wibowo. Menurut anggota OPM Moses
Werror, beberapa minggu sebelum PEPERA angkatan bersenjata Indonesia
menangkap para pemimpin rakyat Papua dan mencoba membujuk mereka dengan
cara sogokan dan ancaman untuk memilih penggabungan dengan Indonesia.
PEPERA ini disaksikan oleh dua utusan PBB, namun mereka meninggalkan
Papua setelah 200 suara (dari 1054) untuk integrasi.Hasil PEPERA adalah
Papua bergabung dengan Indonesia, namun keputusan ini dicurigai oleh
Organisasi Papua Merdeka dan berbagai pengamat independen lainnya.
Walaupun demikian, Amerika Serikat, yang tidak ingin Indonesia bergabung
dengan pihak komunis Uni Soviet, mendukung hasil ini, dan Papua Barat
menjadi provinsi ke-26 Indonesia, dengan nama Irian Jaya.
setelah penggabungan
Setelah Papua Barat digabungkan dengan Indonesia sebagai Irian Jaya, Indonesia mengambil posisi sebagai berikut:
1. Papua Barat telah menjadi daerah Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1945 namun masih dipegang oleh Belanda
2. Belanda berjanji menyerahkan Papua Barat kepada Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar
3. penggabungan Papua Barat dengan Indonesia adalah tindakan merebut kembali daerah Indonesia yang dikuasai Belanda
4. penggabungan Papua Barat dengan Indonesia adalah kehendak rakyat Papua.
Hal ini diajarkan di sekolah dan ditulis dalam buku teks sejarah
nasional. Setelah Jendral Soeharto menjadi Presiden Indonesia, Freeport
Sulphur adalah perusahaan asing pertama yang diberi ijin tambang dengan
jangka waktu 30 tahun mulai dari tahun 1981 (walaupun tambang ini telah
beroperasi sejak tahun 1972), dan kontrak ini diperpanjang pada tahun
1991 sampai tahun 2041. Setelah pembukaan tambang Grasberg pada tahun
1988, tambang ini menjadi tambang emas terbesar di dunia. Penduduk
setempat dengan bantuan Organisasi Papua Merdeka memprotes berbagai
tindakan pencemaran lingkungan hidup dan pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang dilakukan Freeport dan pemerintah Indonesia dengan berbagai cara,
termasuk peledakan pipa gas dan penculikan beberapa pegawai Freeport
dari Eropa dan Indonesia pada tahun 1996. Dalam kejadian ini dua tawanan
dibunuh dan sisanya dibebaskan. Pada tahun 1980-an, Indonesia memulai
gerakan transmigrasi, di mana puluhan ribu orang dari pulau Jawa dan
Sumatera dipindahkan ke provinsi Irian Jaya dalam jangka waktu 10 tahun.
Penentang program ini mencurigai usaha Indonesia untuk mendominasi
provinsi Irian Jaya dengan cara memasukkan pengaruh pemerintah pusat.
Pada tahun 2000, presiden Abdurrahman Wahid memberi otonomi khusus
kepada provinsi Papua untuk meredam usaha separatis. Provinsi ini
kemudian dibagi dua menjadi provinsi Papua dan Irian Jaya Barat melalui
instruksi Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001.
sumber:http://pensa-sb.info/sejarah-trikora/
Kamis, 13 Desember 2012
Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional
Selamat hari cinta puspa dan satwa Nasional. Mari kita lindungi satwa satwa Nasional ini, tidak hanya untuk di lihat saja, mari rawat satwa satwa Nasional ini karena tanah kita adalah tanah surga. Mari kita bangun bersama daerah kesatuan kita, jangan sampai kita hancurkan terus menerus.
Kamis, 29 November 2012
Selamat Hari Aids Sedunia
Mempringati hari Aids sedunia Tata Warna mengucapkan selamat hari Aids sedunia dan semoga segera di temukan obat penyakit yang mematikan ini.
Langganan:
Postingan (Atom)